Jumat, Maret 27

Sifat Alami Wanita

7 SIFAT ALAMI WANITA

1. Wanita Suka Di Dengarkan.
Jadi kalau dia sedang marah, dengarkan saja. Kalau diladeni, tujuh hari tujuh malam dia tahan bertengkar !


2. Wanita Suka Kelembutan.
Jangan pernah sekali-kali kasar pada wanita, karena wanita bisa menjadi lebih kasar.


3. Wanita Suka Di Beri Kejutan-KejutanKecil. Tidak harus memberi emas berlian pada
sang isteri, cukup kecupan mesra di kening tapi penuh cinta nan lembut.


4. Sentuhlah Wanita Dengan KasihYang Sesungguhnya.
Kasih ini akan membuat wanita memberikan cinta yang lebih.


5. Berikan Perhatian Setiap Saat.
Ketika tidur pun sebenarnya wanita ingin diperhatikan. Ketersipuannya menandakan rasa senangnya diperhatikan.


6. Kirim Selalu Kata-Kata Mesra Yang Menggoda. 

Walau kata-kata cinta terasa biasa, tidak bagi wanita. Kata-kata “Aku kangen kamu sayang”, atau “Sehari tanpa mendengar suaramu, aku bisa gila”, atau “Hanya kamu
yang membuatku tergila-gila”, sudah cukup membuat hati wanita melambung ke langit tujuh. Menggetarkan relung-relung hati dan jiwanya. 


7. Wanita Memang Unik Dan Spesial. Sayangi dia, dan Anda akan mendapatkan ribuan kali lipat cintanya.

Semoga Bermanfaat

Keuntungan berhijab

KEWAJIBAN seorang wanita salah satunya ialah menutup aurat. Dengan menggunakan jilbab, aurat seorang wanita akan tertutup. 

Maka dari itu, mau atau pun tidak mau kita harus menggunakan hijab. Kalau pun awalnya kita merasa terpaksa, tapi hal itu akan terbiasa bila kita rutin menggunakannya.

Allah SWT memerintahkan sesuatu pasti ada manfaatnya. 
Begitu pula dengan penggunaan jilbab ini. 

Terdapat 10 keuntungan bagi seorang wanita yang mengenakan jilbab, di antaranya:

1. Rambut muslimah yang berjilbab terlindung dari sengatan panas matahari dan terlindung dari debu serta polusi. Sehingga ketika jilbabnya dibuka, rambutnya tampak selalu bersinar. Rambut indahnya hanya diperlihatkan untuk orang-orang yang berhak melihatnya.

2. Terjaga dari pandangan pria nakal. Muslimah yang berjilbab tidak mengumbar tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan. Oleh karena itu, pria pun terbatas memandangnya.

3. Pria segan menggoda apalagi melecehkan. Biasanya, pria segan mendekati apalagi menggoda wanita berjilbab, kecuali kalau peluang itu diciptakan oleh wanita itu sendiri.

4. Termotivasi untuk terus menuntut ilmu dan mengamalkannya.¬ Muslimah yang berjilbab merasa dirinya menjadi alat ukur kebaikan dan kesuksesan. Tuntutan ini sangat bagus karena memacu dirinya untuk senantiasa berlomba meraih prestasi, kebaikan, dan sekuat mungkin menghindari kesalahan-kesal¬ahan yang dapat mencemarkan nama baik Islam oleh perbuatan dosa dan tercela.

5. Terjaga kehormatannya. Wanita berjilbab akan selalu menjaga kehormatannya seiring dengan ilmu yang dimilikinya. Karena mereka mengetahui dan dapat membedakan perilaku yang harus dilakukan dengan perilaku yang harus dihindari. Wanita berjilbab dan berilmu merasa selalu diawasi Allah dari segala kemaksiatan.

6. Jika Anda tergesa-gesa harus keluar rumah dalam keperluan mendadak, darurat dan Anda tidak sempat sama sekali buat mendandani wajah maka menggunakan kerudung instan terbuat dari kaos itu solusi terbaik. Ini berlaku juga saat ada tamu dan kita perlu cepat-cepat untuk membukakan pintu.

7. Jika Anda ingin memberikan asi pada bayi Anda di tempat umum (bagi yang menikah), Insya Allah dengan kerudung Anda dengan bebas bisa memberikannya di tempat umum karena aurat Anda tetap tertutup.

8. Jika Anda memiliki kelemahan dari rambut, jilbab sebagai pentup aib tersebut. Anda tetap percaya diri dan beraktivitas penuh semangat.

9. Terhindar dari godaan untuk bersikap centil dan tidak sopan, biasanya jilbab bisa jadi alat kontrol kepribadian wanita yang menggunakannya.

10. Sangat dihormati dan dihargai lawan jenis disekitar Anda, laki-laki merasa segan dan malu untuk mengganggu

Rabu, Maret 25

WANITA

Kalau istri menyakiti hati suami, tandanya
durhaka pada suami. Tapi bagaimana jika suami sakiti hati istri.?"
BERDOSA juga lah. Cuma tidak ada istilah
suami durhaka pada istri, tapi suami akan
ditandai Malaikat sebagai suami yang durhaka pd Allah

Karena istri, rezekimu bertambah.
Karena istri, maka lahirlah anak-anakmu
Karena istri, makan dan pakaianmu terjaga.
Karena istri, tenang hatimu.
Karena istri, lembut pandangan matamu.
Karena istri adalah belahan jiwa yang melihat
cacat celamu yang
tersembunyi dari pandangan matamu dan dia
masih menerimamu apa adanya..

Oleh karena itu janganlah menyakiti hati mereka,
ingatlah setiap
pengorbanan mereka..
Walaupun kecil dimatamu, baginya besar..
Setiap peluh yang menetes untuk keluarganya,
setiap airmata yang menetes untuk anak-anak dan suaminya adalah
salah satu tanda bahwa dia adalah istri yang
terbaik buat anda wahai saudaraku yang bergelar suami.
Terbersit tanya di hati "Mengapa WANITA sering menangis?"

» Karena WANITA itu unik.
Allah ciptakan ia sebagai makhluk istimewa..
Allah kuatkan bahunya untuk menjaga anak2nya,
Allah lembutkan hatinya untuk memberi rasa aman,
Allah kuatkan rahimnya utk menyimpan benih manusia,
Allah teguhkan peribadinya untuk terus berjuang
saat yang lain menyerah,
Allah beri dia naluri untuk tetap menyayangi, walau dikhianati oleh
teman bahkan walaupun disakiti oleh orang yg dia sayangi.

» WANITA makhluk kuat.
Jika suatu saat dia menangis itu karena Allah
memberi air mata untuk membasuh luka
hantinya dan memberi kekuatan baru.
Sungguh..WANITA itu sangatlah istimewa...

agar para lelaki menghargai
WANITA dan agar tau bahwa WANITA.....ciptaan Allah yang
istimewa.

Subhanallah...

Renungan - Kala Cintanya Menyapa

AKU terlahir dari keluarga sederhana. Ibu masuk Islam saat menikah dengan Ayah yang pemahaman agamanya a la kadarnya. Yang kami tahu, Islam adalah syahadat, sholat, puasa, zakat, haji dan berbuat baik. Karena terbiasa bergaul dengan laki-laki dan segala permainannya ( kakak dan adikku laki-laki) membawaku tumbuh besar sebagai gadis tomboy yang lebih suka memakai hem dan celana panjang, rambut tergerai lepas atau diikat sekadarnya.

Saat kuliah, aku satu kost dengan anak-anak Politeknik Undip (sekarang Polines) yang rata-rata bergamis dan berjilbab lebar. Mereka sering mengajakku ikut kajian di masjid kampus, meminjamkan sebuah kerudung segi empat dan mendandaniku begitu rupa. Aku sih mau saja, daripada bengong sendirian di tempat kost.

Semester dua aku harus masuk di asrama kampus Akper Depkes Semarang (sekarang Poltekes). Kutinggalkan tempat kost namun kebersamaan dengan anak-anak Politeknik tetap terjalin, kami masih sering kajian bersama walau di keseharian kepalaku belum tertutup, terlebih kampus membatasi dengan aturan seragam yang tak sesuai syariat.

Semester berikutnya, aku datang ke asrama dengan setelan hem dan rok panjang dengan kerudung pendek menutupi kepala. Seisi asrama memandang aneh padaku, yang perempuan memandangku sinis dan berkata,”cari sensasi ya.”

Aku hanya mengelus dada, menghilangkan gelegak tak suka yang mulai melesak dalam dada. Perempuan memang selalu nyinyir bila melihat sesuatu yang tak mereka suka, itu keyakinanku sejak kanak-kanak walaupun aku juga perempuan. Anak-anak Politeknik itu? Tentu saja mereka berbeda. Mungkin karena sudah lebih dulu belajar memahami agama, pikirku.

Selalu ada oase di padang pasir, begitu pun di asrama. Kaum laki-lakinya justru memberi selamat dan menguatkan niatku untuk menutup aurat. Salah seorang di antara mereka berkata,” barokallah ukhti…semoga pakaian seperti ini melekat padamu sejak sekarang dan seterusnya.”

Kalimat itu cukup membuatku malu. Tidak cukup berhenti di situ, mereka juga memberikan buku-buku keakhwatan. Hari demi hari, pemahamanku tentang agama ini bertambah. Beberapa gadis mengikuti jalanku. Dengan dukungan mereka pula, kami berupaya memperjuangkan pakaian seragam yang menutup aurat. Tak mudah memang, namun kuyakini selalu ada jalan keluar.

Begitu banyak cobaan, kami harus membuat proposal dan membawanya ke semua dosen untuk mendapatkan dukungan. Banyak penolakkan, namun tak sedikit pula dukungan. Pihak kampus melunak, kami diperbolehkan menutup aurat saat perkuliahan di kampus. Untuk jam-jam praktik di rumah sakit, puskesmas dan sejenisnya kami tetap diharuskan memakai seragam lama, astaghfirullahul adhiim. Kami bergeming untuk tidak membuka kembali aurat, apapun resikonya.

Suatu hari, kudapati Ibu menunggu di kamar dengan wajah penuh amarah. Kiranya terkirim telegram yang isinya menyesakkan dada.
“Harap segera datang untuk pembinaan putri anda.”

Ibu mengira putrinya melakukan perbuatan asusila dan mencoreng nama baik keluarga. Susah payah kujelaskan semua, memohon pengertiannya. Kutahan air mata dan segenap gundah gulana saat Ibu mengancam tidak mau mengakui darah dagingnya. Pasrah, kutumpahkan semua luka di ujung sajadah sepanjang malam. Mohon kekuatan agar sabar dalam ujian.

Teman-temanku berguguran, tinggal kami berenam yang masih teguh pendirian. Akibatnya, kami tidak diperbolehkan ikut ujian akhir.

Allah tiada membiarkan hamba teraniaya. Ada yang membawa kasus kami ke depkes. Di titik akhir, kami diperbolehkan ikut ujian susulan dan lulus pada waktunya. Alhamdulillah, semua ini karena cinta-Nya

Get Married

 Jika Landasan Pernikahan Adalah

JIKA landasan pernikahan adalah seks, maka pasangan kerap bertengkar jika layanan di kamar tidur tidak memuaskan.

Jika landasan pernikahan adalah harta, maka pasangan bakal bercerai jika jatuh miskin.

Jika landasan pernikahan adalah kerana tubuh, pasangan bakal lari jika rambut beruban dan muka berkerut atau badan sudah menjadi gendut.

Jika landasan pernikahan adalah anak, maka pasangan akan mencari alasan untuk pergi jika buah hati (anak) tidak hadir.

Jika landasan pernikahan adalah kepribadian, pasangan akan lari jika orang berubah tingkah lakunya.

Jika landasan pernikahan adalah cinta, hati manusia itu tidak tetap dan mudah terpikat pada hal-hal yang lebih, lagi pula manusia yang dicintai pasti mati.

Jika landasan pernikahan adalah ibadah kepada Allah, sesungguhnya Allah itu kekal dan Mahapemberi hidup kepada makhlukNya.

Allah mencintai hambanya melebihi seorang ibu mencintai bayinya.

Maka tak ada alasan apapun di dunia yang dapat meretakkan rumah tangga kecuali jika pasangan itu durhaka kepada Allah. 



Rabu, Maret 11

Noted untuk calon menantu lelakinya dari seorang Ayah


Untukmu Calon Suami Anakku ... dari Ayah Handanya 

Kepadamu, pria yang telah meluluhkan hati putriku
Engkau perlu tahu,
Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mampu mengalahkan cintaku pada putriku
Masih jelas dalam ingatanku kala mengumandangkan azan di telinga mungilnya
Saat aku tertatih untuk menggendongnya
Saat aku belajar dari istriku cara memandikannya
Saat aku menatihnya untuk mengajarkannya berjalan
Saat aku membimbingnya mengeja alif, ba, ta
Saat aku menitikan air mata haru kala melihatnya bersekolah untuk pertama kalinya
Saat aku selalu berusaha tenang dan bijaksana saat bicara dengannya
Saat aku melindunginya setengah mati dari pria yang mendekatinya sebelum waktunya
Saat aku menunggunya pulang walau itu larut malam
Saat aku dengan bangga berfoto di sampingnya kala dia wisuda
Saat aku dengan bangga menceritakan segala prestasinya
Hanya satu yang belum aku lakukan untuknya
Menikahkannya dan memberinya restu untuk menyempurnakan agamanya

Sabtu, Maret 7

Mungkinkah ini Alasannya??


Tak Juga Bertemu Jodoh, Mungkin Ini Alasannya


Di saat hati telah merasa siap untuk menikah, namun belum jua Allah pertemukan dengan jodohnya, sedangkan waktu terus bergulir menambah usia, inilah saatnya untuk bermuhasabah; sudahkah diri sebenar layak di mata Allah untuk menyempurnakan separuh agama? Fu
Tangis! Jengah! Bosan! Iri! Putus Asa! Beberapa hal itu banyak dikeluhkan oleh muslimah yg mencurahkan isi hatinya pada saya, akan harapannya untuk menikah. Terutama bagi mereka yang merasa usia sudah tak lagi muda, atau jua mereka yang memang sudah merasa butuh untuk menikah.
Sedih rasanya, di satu sisi banyak akhwat muslimah yang menjaga diri baik-baik dan telah siap menikah, namun ternyata harus menelan kekecewaan karena tak juga bertemu dengan kriteria pasangan yang tepat. Di sisi lain, ada juga mereka yang sudah memiliki calon pasangan bahkan ada juga yang menempuh jalur pacaran, namun masih saja banyak alasan dan hambatan untuk menghalalkannya. Namun kali ini, yang akan saya bahas adalah yang pertama, ‘kenapa diri yangsudah siap menikah namun tak jua bertemu dengan jodohnya?”
Banyak hal yang bisa menjadi faktor penghambat alias “Hijab” antara diri kita dan jodoh kita, yang menjadi penghambat kita untuk segera menyempurnakan separuh agama. Semuanya pernah saya alami saat saya belum jua bertemu dengan jodoh saya. Hingga akhirnya saya ikhtiarkan beberapa poin di bawah ini, agar tak menghambat saya untuk segera bertemu jodoh saat itu :

Sudah benarkah Niat Menikah kita?

Banyak yang merasa sudah siap menikah, karena ingin ibadah, ingin segera menyempurnakan separuh agama, ingin dekat dengan Allah dll. Tapi benarkah ‘alasan’ itu yang ada dalam sanubari terdalam? Tidakkah niat menikah karena faktor external; ingin kabur dari rumah karena tak betah dengan orangtua, karena cemoohan orang lain, iri hati pada yang lain, kebosanan hidup sendiri, dll? Hati itu seonggok daging yang hanya diri kita dan Allah yang tahu, sesekali selamilah kedalamannya, tanyakan pada hati kita, benarkah “Allah” sudah mendominasi posisi dalam niatan hati kita untuk menikah? Kalau belum, pantaskah menghujat Allah yang masih menghijabi jodoh dan kita?

Sudah benarkah Ikhtiar Menjemput Jodoh kita?

Bila menikah adalah urusan ibadah, urusan antara kita dan Tuhan kita, sudah selayaknya dilakukan dengan cara-cara yang disukai Allah. Pacaran? Cinta dalam hati? Tarik Ulur dengan dalih ‘seleksi’ setiap yang hadir? Atau menunggu tanpa ada ikhtiar sama sekali. Allah tahu setiap inchi yang kita lakukan, Allah tahu setiap hasrat hati yang terbersit meski sedetik, Allah tahu seberapa buruk isi hati kita. masihkah perlu ditambah dengan ikhtiar nyata yang jelas-jelas membuat-Nya murka? Boleh jadi itulah yang masih menghijabi antara kita dan jodoh kita, karena kita masih ‘menduakan-Nya’, dengan perasaan-perasaan tak seharusnya, dengan ikhtiar-ikhtiar yang tak disukai-Nya. Meminta hal yang ‘sesakral’ pernikahan pada Allah, namun tak diimbangi kewajiban untuk ‘menyenangkan’ Allah; sholat sunnah belum dirutinkan, puasa sunnah juga msih malas-malasan, sedekah juga yang masih enggan. Pantaskah bila Allah masih menghijabi antara kita dan jodoh kita?

Sudah benarkah Frekuensi kita dan jodoh kita?

Allah berfirman dalam kitab-Nya bahwa yang baik untuk yang baik, begitu pula sebaliknya. Namun bagaimanapun kita juga harus memiliki kriteria spesifik, mau yang seperti apa jodoh kita? Dan usaha untuk mendapatkan kriteria yang diinginkan itu akan menuntut kita untuk ‘menjadi seperti itu lebih dulu’. Ya, karena jodoh itu adalah cermin. Kita harus satu frekuensi dengan jodoh kita, boleh jadi belum ketemu karena salah satu diantaranya memang belum satu frekuensi; yang satu sudah baik namun satu lagi belum. Boleh jadi juga amalan-amalan kita telah membuat frekuensi yang seharusnya sudah setara malah melenceng; kita yang masih merasa sombong, terlalu pemilih namun tak berkaca diri, terlalu mencintai dunia hingga lupa akhirat Allah, terlalu sibuk mengurus emosi-emosi diri yang tidak begitu penting. Di saat meminta jodoh pada Allah, spesifiklah tentang kriterianya, agar Allah tahu seberapa pantas dirimu untuk jodohmu, dan agar Allah juga membimbingmu untuk semakin pantas dengannya di hadapan Allah.

Sudah bersihkah Jiwa dan diri kita untuk menerima jodoh kita?

Pernikahan adalah peristiwa yang suci. Seperti ibadah lainnya semisal sholat, kita dianjurkan untuk bersuci terlebih dahulu, tidak sah sholatnya bila kita belum bersuci dari hadats besar dan kecil. Nah, begitu pula dengan menikah. Untuk menujunya kita harus benar-benar membuang energi negative yang selama ini meliputi jiwa dan diri kita; trauma masa lalu, dendam yang belum termaafkan, konflik dengan orang tua, penyesalan akan takdir yang tak memihak, dll. Semua itu biasanya disepelekan karena kita cenderung fokus bagaimana caranya bisa bertemu dengan ‘jodoh’ kita, fokus pada sosok jodoh yang kita harapkan. Sampai terlupa bahwa banyak hal-hal dalam diri kita sendiri yang belum terselesaikan. Sebelum Allah pertemukan, kita seharusnya telah bersih dari segala energi negative tadi; telah memaafkan orang yang pernah menyakiti hati kita, telah mendapat ridha dari orang tua dan keluarga, terutama telah berdamai dengan diri kita sendiri dengan menerima, mensyukuri dan maafkan segala yang terjadi dalam skenario kehidupan kita. Belum berdamai dengan diri sendiri mengakibatkan kita terhijabi dengan jodoh kita sendiri.

Saat semua poin tersebut SUDAH dilakukan, kita tinggal menanti cap “LAYAK” yang Allah berikan agar kita segera menikah. Karena saat Allah telah Ridha, tak ada satupun yang mampu menghalangi kehendak-Nya. Selamat bersabar khususnya untukmu para muslimah. Bilapun segala ikhtiar telah dilakukan, janganlah pernah merasa jengah dan bosan, kebahagiaan yang Allah janjikan jauh lebih memesona dibanding ratapan kita yang tak seberapa. Saat Allah masih menunda pertemuan kita dan jodoh kita, berbaik sangkalah bahwa Dia begitu mencintai kita, dengan memberi kita waktu untuk memperbaiki diri lebih baik lagi. Allah menyayangi kita semua, meski terkadang cara Dia menyayangi masing-masing kita selalu berbeda, namun memang begitulah, cara Allah yang istimewa.

“Fashbir shabran jamiilan. Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang baik. Allah selalu menghadirkan segala sesuatu indah pada waktunya, yakinilah dengan Bismillah.”
 
Blogger Templates