Rabu, Maret 25

WANITA

Kalau istri menyakiti hati suami, tandanya
durhaka pada suami. Tapi bagaimana jika suami sakiti hati istri.?"
BERDOSA juga lah. Cuma tidak ada istilah
suami durhaka pada istri, tapi suami akan
ditandai Malaikat sebagai suami yang durhaka pd Allah

Karena istri, rezekimu bertambah.
Karena istri, maka lahirlah anak-anakmu
Karena istri, makan dan pakaianmu terjaga.
Karena istri, tenang hatimu.
Karena istri, lembut pandangan matamu.
Karena istri adalah belahan jiwa yang melihat
cacat celamu yang
tersembunyi dari pandangan matamu dan dia
masih menerimamu apa adanya..

Oleh karena itu janganlah menyakiti hati mereka,
ingatlah setiap
pengorbanan mereka..
Walaupun kecil dimatamu, baginya besar..
Setiap peluh yang menetes untuk keluarganya,
setiap airmata yang menetes untuk anak-anak dan suaminya adalah
salah satu tanda bahwa dia adalah istri yang
terbaik buat anda wahai saudaraku yang bergelar suami.
Terbersit tanya di hati "Mengapa WANITA sering menangis?"

» Karena WANITA itu unik.
Allah ciptakan ia sebagai makhluk istimewa..
Allah kuatkan bahunya untuk menjaga anak2nya,
Allah lembutkan hatinya untuk memberi rasa aman,
Allah kuatkan rahimnya utk menyimpan benih manusia,
Allah teguhkan peribadinya untuk terus berjuang
saat yang lain menyerah,
Allah beri dia naluri untuk tetap menyayangi, walau dikhianati oleh
teman bahkan walaupun disakiti oleh orang yg dia sayangi.

» WANITA makhluk kuat.
Jika suatu saat dia menangis itu karena Allah
memberi air mata untuk membasuh luka
hantinya dan memberi kekuatan baru.
Sungguh..WANITA itu sangatlah istimewa...

agar para lelaki menghargai
WANITA dan agar tau bahwa WANITA.....ciptaan Allah yang
istimewa.

Subhanallah...

Renungan - Kala Cintanya Menyapa

AKU terlahir dari keluarga sederhana. Ibu masuk Islam saat menikah dengan Ayah yang pemahaman agamanya a la kadarnya. Yang kami tahu, Islam adalah syahadat, sholat, puasa, zakat, haji dan berbuat baik. Karena terbiasa bergaul dengan laki-laki dan segala permainannya ( kakak dan adikku laki-laki) membawaku tumbuh besar sebagai gadis tomboy yang lebih suka memakai hem dan celana panjang, rambut tergerai lepas atau diikat sekadarnya.

Saat kuliah, aku satu kost dengan anak-anak Politeknik Undip (sekarang Polines) yang rata-rata bergamis dan berjilbab lebar. Mereka sering mengajakku ikut kajian di masjid kampus, meminjamkan sebuah kerudung segi empat dan mendandaniku begitu rupa. Aku sih mau saja, daripada bengong sendirian di tempat kost.

Semester dua aku harus masuk di asrama kampus Akper Depkes Semarang (sekarang Poltekes). Kutinggalkan tempat kost namun kebersamaan dengan anak-anak Politeknik tetap terjalin, kami masih sering kajian bersama walau di keseharian kepalaku belum tertutup, terlebih kampus membatasi dengan aturan seragam yang tak sesuai syariat.

Semester berikutnya, aku datang ke asrama dengan setelan hem dan rok panjang dengan kerudung pendek menutupi kepala. Seisi asrama memandang aneh padaku, yang perempuan memandangku sinis dan berkata,”cari sensasi ya.”

Aku hanya mengelus dada, menghilangkan gelegak tak suka yang mulai melesak dalam dada. Perempuan memang selalu nyinyir bila melihat sesuatu yang tak mereka suka, itu keyakinanku sejak kanak-kanak walaupun aku juga perempuan. Anak-anak Politeknik itu? Tentu saja mereka berbeda. Mungkin karena sudah lebih dulu belajar memahami agama, pikirku.

Selalu ada oase di padang pasir, begitu pun di asrama. Kaum laki-lakinya justru memberi selamat dan menguatkan niatku untuk menutup aurat. Salah seorang di antara mereka berkata,” barokallah ukhti…semoga pakaian seperti ini melekat padamu sejak sekarang dan seterusnya.”

Kalimat itu cukup membuatku malu. Tidak cukup berhenti di situ, mereka juga memberikan buku-buku keakhwatan. Hari demi hari, pemahamanku tentang agama ini bertambah. Beberapa gadis mengikuti jalanku. Dengan dukungan mereka pula, kami berupaya memperjuangkan pakaian seragam yang menutup aurat. Tak mudah memang, namun kuyakini selalu ada jalan keluar.

Begitu banyak cobaan, kami harus membuat proposal dan membawanya ke semua dosen untuk mendapatkan dukungan. Banyak penolakkan, namun tak sedikit pula dukungan. Pihak kampus melunak, kami diperbolehkan menutup aurat saat perkuliahan di kampus. Untuk jam-jam praktik di rumah sakit, puskesmas dan sejenisnya kami tetap diharuskan memakai seragam lama, astaghfirullahul adhiim. Kami bergeming untuk tidak membuka kembali aurat, apapun resikonya.

Suatu hari, kudapati Ibu menunggu di kamar dengan wajah penuh amarah. Kiranya terkirim telegram yang isinya menyesakkan dada.
“Harap segera datang untuk pembinaan putri anda.”

Ibu mengira putrinya melakukan perbuatan asusila dan mencoreng nama baik keluarga. Susah payah kujelaskan semua, memohon pengertiannya. Kutahan air mata dan segenap gundah gulana saat Ibu mengancam tidak mau mengakui darah dagingnya. Pasrah, kutumpahkan semua luka di ujung sajadah sepanjang malam. Mohon kekuatan agar sabar dalam ujian.

Teman-temanku berguguran, tinggal kami berenam yang masih teguh pendirian. Akibatnya, kami tidak diperbolehkan ikut ujian akhir.

Allah tiada membiarkan hamba teraniaya. Ada yang membawa kasus kami ke depkes. Di titik akhir, kami diperbolehkan ikut ujian susulan dan lulus pada waktunya. Alhamdulillah, semua ini karena cinta-Nya

Get Married

 Jika Landasan Pernikahan Adalah

JIKA landasan pernikahan adalah seks, maka pasangan kerap bertengkar jika layanan di kamar tidur tidak memuaskan.

Jika landasan pernikahan adalah harta, maka pasangan bakal bercerai jika jatuh miskin.

Jika landasan pernikahan adalah kerana tubuh, pasangan bakal lari jika rambut beruban dan muka berkerut atau badan sudah menjadi gendut.

Jika landasan pernikahan adalah anak, maka pasangan akan mencari alasan untuk pergi jika buah hati (anak) tidak hadir.

Jika landasan pernikahan adalah kepribadian, pasangan akan lari jika orang berubah tingkah lakunya.

Jika landasan pernikahan adalah cinta, hati manusia itu tidak tetap dan mudah terpikat pada hal-hal yang lebih, lagi pula manusia yang dicintai pasti mati.

Jika landasan pernikahan adalah ibadah kepada Allah, sesungguhnya Allah itu kekal dan Mahapemberi hidup kepada makhlukNya.

Allah mencintai hambanya melebihi seorang ibu mencintai bayinya.

Maka tak ada alasan apapun di dunia yang dapat meretakkan rumah tangga kecuali jika pasangan itu durhaka kepada Allah. 



 
Blogger Templates